Kamis, 09 Mei 2013

TULISAN 5 : TRANSLASI MATA UANG ASING


Gempa dan Penguatan Yen 'Remukkan' Laba Manufaktur Jepang
Nurul Qomariyah - detikfinance
Senin, 31/10/2011 14:22 WIB
Tokyo - Gempa dan tsunami yang melanda Jepang 11 Maret lalu telah memaksa sejumlah raksasa manufaktur Jepang menghentikan produksinya. Ditambah penguatan yen, laba perusahaan manufaktur Jepang pun tergerus tajam.
Beberapa perusahaan manufaktur besar mengumumkan laba yang tergerus cukup besar akibat gempa dan tsunami tersebut. Honda mencatat salah satu penurunan laba yang cukup parah akibat bencana tersebut.
Honda mengumumkan laba bersihnya untuk semester I tahun fiskal 2011 yang berakhir pada 30 September merosot hingga 77,4% menjadi US$ 60,4 miliar secara year on year. Sementara laba untuk kuartal II saja tercatat merosot 55,5% akibat anjloknya penjualan di AS dan Jepang sehubungan gangguan suplai karena gempa.
Seperti dikutip dari AFP, Senin (31/10/2011), produsen Civic dan Accord itu juga menyatakan pendapatannya selama semester I yang berakhir 30 September mencapai 92,2 miliar yen (US$ 1,2 miliar), atau merosot hingga 77,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba operasional juga merosot 81,1% menjadi 75 miliar yen akibat penjualan dan produksi yang lebih rendah, akibat dampak kenaikan harga bahan baku dan efek penguatan yen. Sementara penjualan turun 22% menjadi 3,6 triliun yen.
"Penjualan mobil turun karena terutama akibat turunnya produksi sebagai dampak gempa dan efek translasi mata uang asing yang tidak diinginkan," ujar Honda dalam pernyataannya.
Perusahaan manufaktur lain yang juga mengumumkan turunnya laba akibat gempa dan tsunami adalah Toshiba. Perusahaan teknologi itu mengumumkan labanya turun 18,5% untuk semester I tahun fiskal 2011 yang berakhir 30 September, akibat gempa dan penguatan yen.
Laba bersih Toshiba grup untuk semester I mencapai 22,7 miliar yen, turun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 27,8 miliar yen. Toshiba yang lini bisnisnya tersebar dari barang elektronik hingga pembangkit nuklir itu mengumumkan laba operasionalnya turun 23,4% menjadi 80,2 miliar yen, dengan penjualan turun 5,5% menjadi 2,9 triliun yen.
Sedangkan Panasonic mengumumkan kerugian sebesar 136,15 miliar yen (US$ 1,7 miliar) selama periode April hingga September, akibat gempa dan tsunami. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, Panasonic mencetak laba bersih 74,72 miliar yen.

OPINI :
"Penjualan mobil turun karena terutama akibat turunnya produksi sebagai dampak gempa dan efek translasi mata uang asing yang tidak diinginkan," ujar Honda dalam pernyataannya.
Efek dari translasi mata uang asing yang tidak diinginkan mengakibatkan penjualan terhadap mobil turun. Memasukkan penyesuaian-penyesuaian translasi dalam laba berjalan secara umum umum ditentang dengan alasan bahwa penyesuaian-penyesuaian tersebut hanyalah produk dari proses penyajian ulang. Yaitu, perubahan-perubahan dalam valuta domestik ekivalen dari aktiva bersih perusahaan anak di luar negeri “belum terealisasi”, tidak memiliki efek atas arus kas valuta lokal yang ditimbulkan oleh entitas di luar negeri yang mungkin sedang melakukan investasi ulang atau membayar kembali kepada perusahaan induk. Memasukkan penyesuaian-penyesuaian semacam itu dalam laba berjalan, dengan demikian, akan menyesatkan. Dalam situasi-situasi ini, penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
Meskipun begitu, pendekatan deferral, mungkin ditentang dengan alasan bahwa nilai tukar tidak kembali ke keadaan semula dengan sendirinya. Bahkan jika hal itu terjadi, penyesuaian-penyesuaiati deferral atau transaksi akan didasari pada prediksi nilai tukar, upaya yang paling susah dalam praktik. Situasi-situasi bisa timbul dimana hasil-hasil operasi mengalami salah saji hanya karena kesalahan peramalan. Bagi beberapa pihak, penundaan kerugian atau keuntungan translasi menutupi perilaku perubahan nilai tukar; yaitu, perubahan-perubahan kurs merupakan fakta historis dan pemakai-pemalcai laporan keuanganakan terlayani dengan baik jika dampak-dampak fluktuasi nilai tukar dicatat ketika dampak-dampak ini muncul. Menurut FAS No. 8(paragraf 199), “Kurs selalu berfluktuasi; akuntansi seharusnya tidak memberi kesan bahwa kurs tersebut stabil”.

1 komentar: